kali ini saya menulis tentang pulau galang, melalui seminar yang saya hadiri, disinggung mengenai manusia perahu dari vietnam di pulau galang. saya kagum dengan kisah perjuangan "manusia perahu" yang mencari perlindungan atau mencari suaka.
Perang Vietnam, adalah sebuah perang yang terjadi tahun 1957 hingga 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal.
Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) pihak Liberal bersekutu dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina. sedangkan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) bersekutu dengan Uni Soviet dan Tiongkok yang merupakan negara komunis.
Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, Pengungsian besar-besaran ini mendapat sorotan dunia. Dunia mengenal para pengungsi tersebut dengan sebutan ‘manusia kapal’ karena saat itu kebanyakan memilih jalur laut dan menggunakan perahu kayu untuk mencari suaka kenegara lain, bukan dengan kapal canggih bermotor besar atau kapal besi, dengan peralatan pelayaran sederhana dilengkapi stock makanan terbatas, namun selama berbulan-bulan mereka terombang-ambing di perairan Cina Selatan tanpa tujuan yang pasti. Banyak korban berjatuhan di tengah perjalanan. Hingga akhirnya mereka terdampar di beberapa tempat, salah satunya Indonesia.
Badan PBB yang mengurus persoalan pengungsi, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), dan juga pemerintah Indonesia turut membantu mereka. Di Indonesia, para manusia kapal ada yang ke pulau Kuku di Kepulauan Anambas dan Pulau Galang di Batam.
Pulau Galang yang masuk daerah Otonomi Kota Batam, hingga kini masih menyimpan jejak pengungsian yang memilukan tersebut. Pemerintah Indonesia menjadikan Pulau Galang sebagai tempat penampungan sementara bagi lebih dari 250.000 pengungsi. Di area seluas 80 hektare tersebut, UNHCR dan pemerintah membangun berbagai fasilitas, mulai dari barak, rumah sakit, sekolah, PMI, dan tempat ibadah guna menunjang kelangsungan hidup para pengungsi. Tapi mereka dilarang berinteraksi dengan penduduk setempat. Keberadaan mereka dikonsentrasikan di satu area untuk mempermudah pengawasan, serta untuk mencegah penyebaran penyakit seperti penyakit kelamin 'Vietnam Rose' yang kemungkinan diderita oleh pengungsi.
Pada 1996, pengungsi mengikuti seleksi untuk mendapat kewarganegaraan di berbagai negara, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya. Sementara pengungsi yang tidak lolos dipulangkan kembali ke Vietnam. Namun, mereka menolak dan sengaja menghancurkan kapal-kapal agar tak dipulangkan.
Bila Anda ingin mengunjungi 'Kampung Vietnam' (kini lebih dikenal oleh warga sekitar dengan nama tersebut) mungkin masih dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan di lokasi pengungsian. Saat memasuki pulau, pengunjung akan melihat Patung Kemanusiaan atau Taman Humanity. Patung ini dibangun untuk mengenang peristiwa tragis yang terjadi di tempat tersebut, yaitu seorang pengungsi perempuan yang bernama Tinh Han Loai bunuh diri karena tak kuat menanggung malu usai diperkosa oleh sesama pengungsi.
Di tempat tersebut terdapat bekas kantor UNHCR yang menyimpan foto-foto kehidupan pengungsi, terdapat foto-foto wajah pengungsi yang pernah tinggal di pulau ini. Kini gedung tersebut telah beralih fungsi menjadi pusat informasi bagi para pengunjung. Masih ada beberapa peninggalan di tempat tersebut sekarang seperti Komplek Pemakaman Ngha-Trang, beberapa perahu yang dulu digunakan untuk eksodus dan Vihara Quan Am Tu, gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja Protestan, dan mushola.
Kampung Vietnam di Pulau Galang berlokasi sekitar 50 Km dari pusat Kota Batam. Untuk menuju Pulau Galang, harus melewati enam buah Jembatan Barelang. Pemandangan menuju Pulau Galang sangat indah pengunjung dijamin tak bosan menikmati pemandangan selama perjalanan, pengunjung dapat berkendara dan menyeberang Jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Jika malas berkendara sendiri, pengunjung dapat pula menggunakan angkutan umum Metro Trans rute Jodoh – Galang
"Indonesia masih menjadi minat sebagai tempat persinggahan bagi mengungsi" hal tersebut disampaikan oleh Mitra Salimah Suryono selaku Public Information Officer UNHCR Indonesia di dalam acara seminar UN4U yang bertema "Peran United Nation High Commissionner for Refugees (UNHCR) dalam rangka melakukan perlindungan terhadap korban konflik Suriah" yang diadakan di Universitas Pancasila, 10 Oktober 2013.
Badan PBB yang menangani masalah-masalah pengungsi tersebut memberikan data pengungsi
di Indonesia sampai dengan akhir Juli 2013, sebanyak 2,072 pengungsi
terdaftar secara
kumulatif di UNHCR Jakarta. Mereka berasal dari Afghanistan (39%),
Myanmar (18%), dan Somalia (13%). UNHCR bersama dengan para mitranya
mempromosikan aktivitas perlindungan dan program bantuan untuk
memastikan kebutuhan dasar para pengungsi dan pencari suaka terpenuhi
selama mereka menantikan solusi jangka panjang yang paling tepat, yaitu
penempatan di dunia ketiga. Integrasi lokal tidak dimungkinkan
karena Indonesia bukan negara penandatangan Konvensi Pengungsi 1951 dan
sementara pemerintah tidak memberlakukan izin tinggal secara permanen di
Indonesia. Sementara pemulangan hanya memungkinkan apabila dilakukan
atas dasar sukarela.
Thanks infonya gan, baru tau nih hehe
BalasHapus